Kamis, 15 Maret 2012

Beronani saja kita mampu!!

Degradasi… apakah ini sebuah kata-kata yang bisa menggambarkan sebuah ironi dunia pergerakan di wilayah kita? Saya berpikir bahwa semuanya pasti memiliki gagasan dan ide yang cemerlang apalagi dengan geopolitik kita sebagai URANG AWAK. Namun apakah ini hanya akan berpotensial bagi mereka yang sudah tiada dalam memperjuangkan Negara ini? terlalu berlebihan jika saya menilai sebuah hal miris. Karena saya yakin disatu sudut itu ada cibiran dan sindiran kelu terhadap apa yang saya ungkapkan. Jauh hari seorang URANG AWAK pernah meningglkan sebuah gagasan bahwa “kemerdekaan rakyat Indonesia baru tercapai bila kemerdekaan politik 100% berada ditangan rakyat” namun hal ini saya pikir telah menjadi sebuah sajak dengan tak berarti bagi kalangan yang mengaku aktivis ataupun pemuda hari ini. nyatanya, apakah benar Negara ini telah merdeka? Setidaknya apaakah telah merdeka dari jajahan orang2 dalam bangsa? Saya lagi-lagi pikir tidak!! Korupsi adalah bentuk bahwa kita dijajah oleh bangsa sendiri. salahkah saya berkata? Tan malaka dalam buku GERPOLEKnya pernah memperhitungkan keadaan pasca revolusi 1945 bahwa ada perbedaan antara masa revolusi dengan pasca revolusi dan saya pikir masih berlaku sama dengan pasca reformasi 1998. Tan malaka meninggalkan ide dan gagasan yang cemerlang namun diintimidasi dengan kata utopis bagi masa. Seorang sahabat berkomentar “orang sering lupa ketika membaca rangkaian pikiran dari masa lalu, bahwa ada ruang dan waktu yang berbeda...ada banyak parameter yang telah jauh berubah...parameter ruang dan waktu pada masa lalu, harus lebih dahulu diketahui dan dijabarkan...poin per poin...baru masa kini diperbandingkan dan poin2 baru ditambahkan... bila dulu Tan berjuang dengan stensilan, saat ini mungkin dengan media sosial... tentu, kekuatan besar dari Tan adalah jaringan... popularisme yang mistika...dan persuasi “ Saya mengartikan bahwa sepercik gagasan beliau masih bisa mengukur keadaan saat ini setidaknya meninggalkan kata perperangan dan revolusi. Apakah saya mendewakan tan malaka. Tidak! Bagaimana dengan syahril? Masih ingatkah dengan pergerakan dan perjuangan beliau? Saya yakin harusnya muda itu idealis walau harus berhadapan dengan sebuah KESEPIAN ataupun KEMATIAN. Tapi siapa yang masih bisa bertahan? Akan arus modernisasi dan NeoImprealis barat? Hegemoni K-POP ataupun lainnya? Ini tantangan untuk saya dan kita semua. Saya memliki keyakinan bahwa setidak dengan tidak hanya mencibirkan saya ataupun mengeluarkan ide artinya siapaun masih ada untuk bangsa ini. Pergerakan hari ini benar2 sulit apalagi komersialisasi pendidikan yang kita rasakan. Harus tandatangani kontrak untuk masuk perguruan tinggi untuk TIDAK DEMO termasuk peneriman beasiswa sekalipun. Ini pembodohan atau sebuah KEBENARAN??? Banyak rintangan lagi dari personality sikap apatis, opprtunis ini nyata bagi kita semua, kiri kanan muka belakang kita berhadapan dengan kenyataan ini. Sebagai sebuah bangsa yang merdeka seminimal mungkin adalah adanya kemerdekaan dalam berpendapat, ya setidaknya demikian!!! Lagi lagi saya mengutip pikiran orang awak HATTA “ siapapun mereka yang terdidik, mereka harus menunjukan perbaikan menurut keyakinannya baik dengan menentang perbuatan yang salah maupun dengan memberi teladan yang baik dan bijaksana” nah bagaimna dengan kita hari ini? apakah harus menunggu lahirnya seorang HATTA baru?? Atau mari bangkitkan beliau dari kuburnya?? Ini ide gila memang Apakah kita perlu membaca buku Antonio gramsci tentang kaum intelektual??? atau Julian Benda tentang kaum cendikiawannya? Atau Eyerman tentang free-floating intelegensia? atau???? Saya pikir kita semua terlalu banyak mengkonsumsi teori dan konsep sehingga hanya mampu BERONANI. Bukankah begitu?? Bagaimana dengan gerakan?? Ini masih belum dengan saya mencantumkan soekarno dengan idenya ataupun pejuang lainnya. Setumpuk pemuda gagah berani dimasa lalu akan mencibirkan kita dengan kenyataan yang kita lakukan hari ini. Ini bukan renungan tanpa tindakan yang saya pikirkan malam ini. ini ide konyol mungkin tapi setidaknya menggambarkan lingkungan saya hari ini. yang senantiasa HEDON dan INDIVIDUALIS. Akhir dari opini ini saya ingat seorang wiji thukul dalam sajaknya “ UCAPAN KATA-KATAMU” Jika kau tak sanggup lagi bertanya Kau akan ditenggelamkan keputusan2 Jika kau tahan kata-katamu Mu;lutmu tak bisa mengucapkan apa maumu TERAMPAS Kau akan diperlakuakn seperti BATU Dibuang dipungut Atau dicabut seperti rumput Atau menganga Diisi apa saja menerima Tak bisa ambil bagian Jika kau tak berani lagi bertanya Kita akan jadi korban keputusan2 Jangan kau PENJARAKAN ucapanmu Jika kau menghamba kepada ketakutan Kita memperpanjang barisan PERBUDAKAN!!! #selamat malam dan berdamai dengan malam