Degradasi… apakah ini sebuah
kata-kata yang bisa menggambarkan sebuah ironi dunia pergerakan di wilayah
kita? Saya berpikir bahwa semuanya pasti memiliki gagasan dan ide yang
cemerlang apalagi dengan geopolitik kita sebagai URANG AWAK. Namun apakah ini
hanya akan berpotensial bagi mereka yang sudah tiada dalam memperjuangkan
Negara ini? terlalu berlebihan jika saya menilai sebuah hal miris. Karena saya
yakin disatu sudut itu ada cibiran dan sindiran kelu terhadap apa yang saya
ungkapkan. Jauh hari seorang URANG AWAK pernah meningglkan sebuah gagasan bahwa
“kemerdekaan rakyat Indonesia baru tercapai bila kemerdekaan politik 100%
berada ditangan rakyat” namun hal ini saya pikir telah menjadi sebuah sajak
dengan tak berarti bagi kalangan yang mengaku aktivis ataupun pemuda hari ini.
nyatanya, apakah benar Negara ini telah merdeka? Setidaknya apaakah telah
merdeka dari jajahan orang2 dalam bangsa? Saya lagi-lagi pikir tidak!! Korupsi
adalah bentuk bahwa kita dijajah oleh bangsa sendiri. salahkah saya berkata?
Tan malaka dalam buku GERPOLEKnya pernah memperhitungkan keadaan pasca revolusi
1945 bahwa ada perbedaan antara masa revolusi dengan pasca revolusi dan saya
pikir masih berlaku sama dengan pasca reformasi 1998. Tan malaka meninggalkan
ide dan gagasan yang cemerlang namun diintimidasi dengan kata utopis bagi masa.
Seorang sahabat berkomentar “orang sering lupa ketika membaca rangkaian pikiran
dari masa lalu, bahwa ada ruang dan waktu yang berbeda...ada banyak parameter
yang telah jauh berubah...parameter ruang dan waktu pada masa lalu, harus lebih
dahulu diketahui dan dijabarkan...poin per poin...baru masa kini
diperbandingkan dan poin2 baru ditambahkan... bila dulu Tan berjuang dengan
stensilan, saat ini mungkin dengan media sosial... tentu, kekuatan besar dari
Tan adalah jaringan... popularisme yang mistika...dan persuasi “ Saya
mengartikan bahwa sepercik gagasan beliau masih bisa mengukur keadaan saat ini
setidaknya meninggalkan kata perperangan dan revolusi. Apakah saya mendewakan
tan malaka. Tidak! Bagaimana dengan syahril? Masih ingatkah dengan pergerakan
dan perjuangan beliau? Saya yakin harusnya muda itu idealis walau harus
berhadapan dengan sebuah KESEPIAN ataupun KEMATIAN. Tapi siapa yang masih bisa
bertahan? Akan arus modernisasi dan NeoImprealis barat? Hegemoni K-POP ataupun
lainnya? Ini tantangan untuk saya dan kita semua. Saya memliki keyakinan bahwa
setidak dengan tidak hanya mencibirkan saya ataupun mengeluarkan ide artinya
siapaun masih ada untuk bangsa ini. Pergerakan hari ini benar2 sulit apalagi
komersialisasi pendidikan yang kita rasakan. Harus tandatangani kontrak untuk
masuk perguruan tinggi untuk TIDAK DEMO termasuk peneriman beasiswa sekalipun.
Ini pembodohan atau sebuah KEBENARAN??? Banyak rintangan lagi dari personality
sikap apatis, opprtunis ini nyata bagi kita semua, kiri kanan muka belakang
kita berhadapan dengan kenyataan ini. Sebagai sebuah bangsa yang merdeka
seminimal mungkin adalah adanya kemerdekaan dalam berpendapat, ya setidaknya
demikian!!! Lagi lagi saya mengutip pikiran orang awak HATTA “ siapapun mereka
yang terdidik, mereka harus menunjukan perbaikan menurut keyakinannya baik
dengan menentang perbuatan yang salah maupun dengan memberi teladan yang baik
dan bijaksana” nah bagaimna dengan kita hari ini? apakah harus menunggu
lahirnya seorang HATTA baru?? Atau mari bangkitkan beliau dari kuburnya?? Ini
ide gila memang Apakah kita perlu membaca buku Antonio gramsci tentang kaum
intelektual??? atau Julian Benda tentang kaum cendikiawannya? Atau Eyerman
tentang free-floating intelegensia? atau???? Saya pikir kita semua terlalu
banyak mengkonsumsi teori dan konsep sehingga hanya mampu BERONANI. Bukankah
begitu?? Bagaimana dengan gerakan?? Ini masih belum dengan saya mencantumkan
soekarno dengan idenya ataupun pejuang lainnya. Setumpuk pemuda gagah berani
dimasa lalu akan mencibirkan kita dengan kenyataan yang kita lakukan hari ini.
Ini bukan renungan tanpa tindakan yang saya pikirkan malam ini. ini ide konyol
mungkin tapi setidaknya menggambarkan lingkungan saya hari ini. yang senantiasa
HEDON dan INDIVIDUALIS. Akhir dari opini ini saya ingat seorang wiji thukul
dalam sajaknya “ UCAPAN KATA-KATAMU” Jika kau tak sanggup lagi bertanya Kau
akan ditenggelamkan keputusan2 Jika kau tahan kata-katamu Mu;lutmu tak bisa
mengucapkan apa maumu TERAMPAS Kau akan diperlakuakn seperti BATU Dibuang
dipungut Atau dicabut seperti rumput Atau menganga Diisi apa saja menerima Tak
bisa ambil bagian Jika kau tak berani lagi bertanya Kita akan jadi korban
keputusan2 Jangan kau PENJARAKAN ucapanmu Jika kau menghamba kepada ketakutan
Kita memperpanjang barisan PERBUDAKAN!!! #selamat malam dan berdamai dengan
malam