Sebuah
Perkembangan Kajian Ilmu Politik
Helo
penikmat kajian politik! Kalian pasti suka berkeluh kesah dengan
istilah-istilah dalam belajar ilmu politik yang rumit dan bahsanya yang
aneh-aneh. Tapi, percayalah itu yang kadang membuat kita bangga mempelajarinya.
Kali ini saya akan membahas salah satu perkembangan dari kajian ilmu politik yang
cukup aneh bagi kebanyakan mahasiswa ilmu politik, ataupun penikmat kajian ilmu
politik di Indonesia. Kenapa? Memang masih banyak yang mau membahas dan
mengkajinya. Kalian bahkan bisa temukan ratusan kajian strategi politik, tapi
akan sedikit yang akan membahas kajian ini. Ya, kita akan bahas BIOPOLITIK.
Apasih itu biopolitik?
Sejarah
Bio-Politik
Selain
itu, Bayart juga melihat bahwa politik perut juga tentang keadaan rahim sebagai
bagian dari metafora dari perut. Rahim dianggap sebagai pangkal kekuasaan dari
segala persoalan reproduksi sebauh bangsa. Dalam realisasi politik, pengusaan
terhadap rahim merupakan kunci terhadap pengaiasaan terhadap kekuasaan itu
senidrinya. Kapsitas kekuasan kemudian diidentikkan dengan keberadan perempuan.
Sementara itu, dalam lanskap penguasaan terhadap kekuasaan adalah bagaimana
control sebuah negara atas organ-oran reproduksi dan seksual perempuan.
Ambisi-ambisi politik ini mengambil topeng dalam aturan-aturan moral yang
dilayangkan hanya pada perempuan saja. Contohnya adalah pada kebijakan negara
dalam mengontrol pertumbuhan penduduk dimana muculnya aturan pemakaian alat
kontrasepsi, control atas tubuh yang dinegasikan atas janda dan perawan,
control terhadap perilaku seksual, control terhadap cara berpakaian dll.
Politik tidak dibiarkan berdaya terhadap rahim, dan jelas ini adalah milik
perempuan. Politik tidak sangat berdaya terhadap keadaan laki-laki. Tidak ada
control, majaemen, aturan dan ketundukan via aturan atas keadaan laki-laki.
Sehingga, perempuan menjadi warga negara yang terkapitalisasi paling vital dan
ditundukan oleh sebuah negara.
Dari
Foulcault dan Bayart dapat dilihat bahwa bio-politik sebagai sebuah cara
pandang lain terhadap politik dalam melihat kekuasaan. Disini Bio-Politik
dinegasikan dalam tubuh, seksualitas, dan generasi.
Perkembangan
Kajian Bio-Politik
Dalam perkembangan bio-politik, dilihat tidak saja atas analogi tubuh, seksualitas dan generasi semata. Akan tetapi, bio-politik juga melihat tentang keberlangusngan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan masyrakat yang berpihak pada pelestarian dan keberlangsungan sumber daya alam. Sehingga, politik juga membahas tentang konservasi alam, pemanfaatan alam sebagai destinasi wisata, pengembangan energi terbaharukan, kesehatan masyrakat dsb. Kehidupan manusia harus selaras dengan alam, inilah cara pandang lain terhadap bio-politik itu sendirinya. Kekuasaan mesti dapat berlangsung sesuai dengan perkembangan dan untuk kebaikan alam.
Dengan pemikiran ini, dihasilkan dua konsekuensi terhadap peran negara dalam bio-politik yaitu pertama, pemerintah merupakan susunan masyarakat terkuat dan berpengaruh. Sehingga berkewajiban menegakan keadailan bagi lingkungan. Artinya, bahwa penyelenggara negara merupkan gaen-agen konservasi lingkungan yang harus komit. Kedua adalah, melalui negara maka tercipta masyarakat biotis yang dijiwai dengan nilai-nilai konservasi alam. Suatu bentuk etika yang dapat dikristaliasi dan dimanivestasikan melalui ilmu sains biologi. Sehingga terealisasikan pada progam pembangunan negara.
Dalam perkembangan bio-politik, dilihat tidak saja atas analogi tubuh, seksualitas dan generasi semata. Akan tetapi, bio-politik juga melihat tentang keberlangusngan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan masyrakat yang berpihak pada pelestarian dan keberlangsungan sumber daya alam. Sehingga, politik juga membahas tentang konservasi alam, pemanfaatan alam sebagai destinasi wisata, pengembangan energi terbaharukan, kesehatan masyrakat dsb. Kehidupan manusia harus selaras dengan alam, inilah cara pandang lain terhadap bio-politik itu sendirinya. Kekuasaan mesti dapat berlangsung sesuai dengan perkembangan dan untuk kebaikan alam.
Dengan pemikiran ini, dihasilkan dua konsekuensi terhadap peran negara dalam bio-politik yaitu pertama, pemerintah merupakan susunan masyarakat terkuat dan berpengaruh. Sehingga berkewajiban menegakan keadailan bagi lingkungan. Artinya, bahwa penyelenggara negara merupkan gaen-agen konservasi lingkungan yang harus komit. Kedua adalah, melalui negara maka tercipta masyarakat biotis yang dijiwai dengan nilai-nilai konservasi alam. Suatu bentuk etika yang dapat dikristaliasi dan dimanivestasikan melalui ilmu sains biologi. Sehingga terealisasikan pada progam pembangunan negara.
Selain
adanya cara pandang Bio-Politik terhadap keberlangsungan alam. Bio-Politik juga
diterjemahkan oleh Giogio Agamben. Dalam konteks ini, Agamben lebih melihat
penerapan Bio-Politik dalam pengungsi. Hal ini merupakan tanggapan Agamben
terhadap filsafat politi Hannah Arendt tentang kaitan HAM dan situasi politik para
pengungsi.
Menurut
Agamben, didalam negara-negara modern, manusia harus selalu dipandang dalam tegangan antara makhluk alamiah yang telanjang tanpa atribut apapun disatu sisi (bare life), dan makhluk legal politis (political creature)
di sisi lain. Dengan kata lain, pengandaian antropologis dari negara-negara
modern bukan manusia yang rasional dan bebas, seperti yang banyak dipikirkan
oleh para filsuf modern, melainkan manusia yang telanjang, tanpa status dan
atribut apapun, yang kemudian mendapatkan statusnya sebagai subyek hukum, dan
memperoleh jaminan atas hak-hak asasinya sebagai manusia. “Hak-hak” dapat
ditempelkan pada manusia, atau muncul dari dalam dirinya, hanya sejauh manusia
itu hilang dan kemudian menjadi warga negara. Melalui pemikiran Agamben,
bio-politik adalah hak-hak azasi manusia yang dinegasikan kedalam konsep
kewarganegaraan didalam sebuah negara.Lebih lanjutnya, tentu Agamben akan
bicara tentang citenship dan disborder citenship.
Silahkan membaca lebih lanjut karya-kaya Micheal Foulcalt,
Bayart, Agemben