A. Pengantar
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah
diproklamasikan, Belanda tetap saja tidak mau mengakui kelahiran negara
indonesia dengan melakukan tindakan – tindakan polisionil yang
nampak dalam agresi militer satu dan dua. Disamping Belanda pun membuat negara
boneka yang bertujuan mempersempit wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Negara
boneka tersebut dipimpin oleh Van Mook. Belanda mengadakan konferensi
pembentukan Badan Permu
Syawaratan Federal (BFO) yang
dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 1948.
Dan pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi Militer Belanda dengan menyerang kota Yogyakarta dan menawan Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat lainnya. Namun sebelum itu Presiden mengirimkan radiogram kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara yang mengadakan perjalanan di Sumatera untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai mandat politik., untuk tetap menjalakan pemerintahan.
Dan pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi Militer Belanda dengan menyerang kota Yogyakarta dan menawan Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat lainnya. Namun sebelum itu Presiden mengirimkan radiogram kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara yang mengadakan perjalanan di Sumatera untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai mandat politik., untuk tetap menjalakan pemerintahan.
Dengan begitu Indonesia menunjukkan
kegigihan mempertahankan wilayahnya dari segala agresi Belanda. Yang menarik
disini adalah bagaimana dunia internasional mulai memperhatikan Indonesia yang
mendapat tekanan dari Belanda, hal ini memang tidak terlepas dari politik
diplomasi yang memang diarahkan untuk mendapatkan simpati dunia Internasional,
seperti dengan memberi bantuan 50. 000 ton beras ke India, sehingga masalah
intern dalam negeri pun tidak luput dari perhatian PBB.
Akhirnya konflik bersenjata harus
segera diakhiri dengan jalan diplomasi. Dimana isi dari perjanjian Roem – Royen
ini adalah dilakukannya gencatan senjata, dan menghentikan perang gerilya yang
jika dilihat dari sisi positifnya adalah Indonesia dapat meminimalisir jatuhnya
korban lebih banyak, dan membuka jalur diplomasi lainnya, yakni KMB sebagai
ujung dari perjuangan diplomasi Indonesia. Dan atas inisiatif Komisi PBB untuk
Indonesia, maka pada tanggal 14 April 1949 diadakan perundingan di Jakarta di
bawah pimpinan Merle Cochran,
B. Sikap TNI setelah
Perjanjian Roem-Royen
Hasil perundingan Roem-Royen ini mendapat reaksi keras dari
berbagai pihak di Indonesia, terutama dari pihak TNI dan PDRI, ialah sebagai
berikut:
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman pada tanggal 1 Mei 1949 mengeluarkan amanat yang ditujukan kepada komandan-komandan kesatuan memperingatkan agar mereka tidak turut memikirkan perundingan, karena akibatnya hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan.
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman pada tanggal 1 Mei 1949 mengeluarkan amanat yang ditujukan kepada komandan-komandan kesatuan memperingatkan agar mereka tidak turut memikirkan perundingan, karena akibatnya hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan.
Amanat Panglima Besar Sudirman itu kemudian disusul dengan
maklumat-maklumat Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang meyerukan agar tetap
waspada, walaupun ada perundingan-perundingan yang menghasilkan persetujuan.
Perkiraan TNI terhadap kemungkinan serangan dari pihak Belanda tidak meleset.
Pasukan-pasukan Belanda yang ditarik dari Yogyakarta dipindahkan ke Surakarta.
Dengan bertambahnya kekuatan Belanda di Surakarta dan akibatnya Letnan Kolonel
Slamet Riyadi yang memimpin TNI di Surakarta memerintahkan
penyerangan-penyerangan terhadap obyek-obyek vital di Solo. Di tempat lain pun
perlawalan gerilya tetap berjalan, tanpa terpengaruh oleh perundingan apa pun
hasilnya.
Kemudian bersamaan dengan berlangsunya Konferensi Inter-Indonesia
pada tanggal 1 Agustus 1949 di Jakarta diadakan perundingan resmi antara
Wakil-wakil RI BFO dan Belanda di bawah pengawasan UNCI yang menghasilkan
Persetujuan Penghentian Permusuhan. Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan
Perang RI melalui Radio Republik Indonesia di Yogya pada tanggal 3 Agustus 1949
mengumumkan perintah menghentikan tembak-menembak, hal serupa dilakukan pula
oleh Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI. Pada hari yang sama, AHJ Lovink,
Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda sebagai Panglima Tertinggi Angkatan
Perang Belanda di Indonesia memerintahkan kepada serdadu-serdadunya untuk
meletakkan senjata, yang berarti kedua belah pihak menghentikan permusuhan
secara resmi yang pelaksanaannya diawasi oleh KTN dari PBB.
Dalam perjanjian Roem-Royen ini pihak angkatan perang
sebaliknya menyambut adanya persetujuan itu dengan perasaan curiga. Panglima
besar angkatan perang Jenderal Soedirman pada tanggal 1 Mei 1949 memperingatkan
kepada para komandan kesatuan agar tidak memikirkan masalah perundingan.
Pernyataan sama untuk mempertegas amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman
dikeluarkan juga oleh Paglima Tentara dan Territorium Jawa Kolonel A.H.
Nasution pada tanggal 5 Mei 1949. Pernyataan itu mengetengahkan bahwa
perundingan yang dilaksanakan itu hanyalah merupakan taktik perjuangan, dan
diperingatkan kepada semua komandan agar membedakan antara gencatan senjata
untuk kepentingan politik dan untuk kepentingan militer. Pada pokoknya dari
kalangan angkata perang tidak terdapat kepercayaan akan berhasilnya perundingan
karena menurut pengalaman dengan Linggarjati. Renville, dll. Perundingan atau
persetujuan dengan Belanda dianggap selalu merugikan perjuangan. Sebagai tindak
lanjut dari persetujuan Roem-Royen, pada tanggal 22 Juni diadakan perundingan
formal antara RI, BFO dan Belanda di bawaha pengawasan komisi PBB, dipimpin
oleh Critchley (Australia). Hasil perundingan itu adalah:
1.
Pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta dilaksanakan
pada tanggal 24 Juni 1949. Karasidenan Yogyakarta dikosongkan oleh tentara
Belanda pada tanggal 1 Juli 1949 dan pemerintah RI kembali ke Yogyakarta
setelah TNI menguasai keadaan sepenuhnya daerah itu
2.
Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah
kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
3.
Konferensi Meja Bundar diusulkan akan diadakan di Den
Haag
Setelah para pemimpin RI berkumpul kembali di Yogyakarta,
maka pada tanggal 13 Juli 1949 jam 20.30, diadakan sidang kebinet RI yang
pertama. Pada kesempatan itu, Mr. Sjarifudin Prawiranegara mengembalikan
mandatnya kepada Wakil Presiden/Perdana Mentri Moh. Hatta. Dalam sidang kabinet
diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengkubowono IX sebagai Mentri
Pertahanan dan Koordinator Keamanan. Divisi III di Jawa Tengah terhitung cepat
dalam menyusun pertahanannya, mereka telah membagi dalam 3 daerah pertahanan,
yang disebut’wehkreise’. Wehkreise I dipimpin oleh letnen kolonel mohammad
bakhrun, posnya berada disebelah selatan purbolinggo. Wehkreise II dpimpin
letkol suharto, posnya sebelah utara purworejo Wehkreise III dipimpin letkol
Sarbini, posnya di daerah pegunungan Manoreh.
1.
Daerah wehkreise I
Dalam perkembangan keadaan gerilya dapat diuraikan sebagai
berikut. Dengan tibanya bantuan dari batalion lain maka aksi gerilya meluas
namun tanpa koordinasi.Pada tanggal 4 januari 1949 lurah desa pakajangan
terbunuh oleh 5 orang denagn pistol. Pada 10 januari 1949 pasukan dari divisio
siliwangi menyerang pos AP dan kantor wedanan di randudongkal, orang cina
setempat menyatakan bahwa pasukan tersebut tidak menggangu mereka.
Tanggal 23 januari 1949 pukul 10 pagi kereta api dari
purwokerto ke tegal diserang di dekat bumiayu, pada sebuah tikungan beberapa
baut telah dicabut, sehingga kereta api itu sebagain jatuh kedalam sungai, para
pengawal dapat menghalau para penyerang sesudah terjadi tembak menembak,
diantara penumpang kereta ada tujuh orang mati. Pasukan siliwangi dalam
perjalanan kembali ke jawa barat sering mengadakan serangan di tengah jalan,
baik untuk melindungi teman teman maupun perbekalan.
Pada 6 Februari 1949 pukul 2 malam diadakan yang pertama ke
kota pemalang, penghadangan pada pagi hari tanggal 8 Februari di pengiringan
memusnahkan 2 truk musuh beserta penumpangnya, kota belik di selatan digempur pada
11 februari malam hari, dalam serangan ini sebuah truk musuh yang penuh
penumpoang rusak karena melanggar ranjau yang dipsang pasukan.
Tak lama kemudian diadakan pula serangan malam terhadap kota
pemalang selama beberapa jam. Tanggal 18 februari penguasa onderneming
petarukasn dan bandarjawa di kepatihan pemalang, van der rest, ketika
mengunjungi pabriknya telah masuk perangkap dan mati tertembak. Hasil serangan
pada bulan maret adlah pada tanggal 9 februari malam perkebunan karet
prumpangan diserang oleh pasukan gerilya, ternyata perkebunan itu dijaga denagn
kuat oleh militer belanda sehingga serangan kurang berhasil.
Tanggal 12 sebuah jeep milik perkebunan tomo wonodadi
ditembak oleh para gerilya, istri administratur perkebunan tersebut, nyonya
hoppe tewas. Tanggal 10 april 1949 malam’subwehkreise’ suhadi melancarkan
derangan malam atas kota batang, sementara itu sebuash jeep yang datang dari
semarang dihancurkan, sedangkan sebuah pantserwagen melanggar ranjau darat,
berapa korban musuh tidak dapat diketahui.
Suatu aksi pembersihan oleh musuh yang menyerbu denagn 4
kolone di desa bukus kajen mengakibatkan terjadi pertempuran yang
berlangsung antara pukul 3 sampai 6 sore. Penghadangan pasukan gerilya pada 15
april didesa banjarsari terhadap kereta api pagi yang terdiri dari 2
lokomotif dan 13 gerbong, mengakibatkan pertempuran sekitar 1 jam, pasukan
musuh menembak dar dalam gerbong yang kemudian dapat dikalahkan, dua orang
masinis dan stoker ditawan, dua jam kemudian pasukan musuh berdatangan denagn truk
dan pesawat pemburu, pasukan gerilya pun mengundurkan diri.
Tanggal 1 februari sebuah patroli musuh mengepung desa
semayu, kemudian menembaki kampung, tujuh rumah terbakar, 59 orang jadi korban.
Dan aksi pembersihannya di kilimanuk mengakibatkan kerugian di pihak
gerilyawan.
Pengeroyokan oleh musuh terhadap kampung kampung hampir
setiap hari terjadi, ditambah lagi denag penembakan dan penyitaan, serta
tindakan lain yang membuat rakyat menderita.
2.
Daerah wehkreise II
Berada di bawah pimpinan letkol sarbini. Pada 5 januari 1949
kota magelang mulai mendapat serangan gerilya, gudang pakaian musuh dapt
dikuasai, dan berhasil membawa bahan pakaian tapi dapat direbut kembali oleh
musuh. 22 januari gerilyawan menyerang dengan 1 peleton, hasilnya seminari yang
ditempati oleh musuh mengalami kerusakan, lalu pada 26 januari pasukan gerilya
menyerang lagi untuk kedua kalinya dan seminari ityu dibakar, markas musuh
dilempari granat. 3 februari kota temanggung mendapat giliran, gerilyawan
menyerbu kedalam dan melakukan kekacauan selama sejam.
Kota purworejo pada saat itu pula diserang oleh pasukan
gerilya yang bersarang di sekeliling kota. Pada 6 februari satu peleton
menyelundup kedalam kota magelang, selama 6 jam mereka melakukan pembakaran,
penembakan dan penghantaman terhadap kakitangan NICA. Kota distrik parakan
diserbu pada hari berikutnya, dalam pertempuran malam yang berlangsung sekitar
3 jam beberapa orang musuh berhasil ditewaskan. Kota kebumen
bertutrut-turut diserang pada tanggal 8,9 dan 10 maret oleh batalyon
sudarmo, hasil dari pertempuran itu sama –sama menewaskan beberapa prajurit.
Tanggal 2 april para gerilyawan melancarkan serangan terhadap
grabag yang dibantu sepenuhnya oleh rakyat, hasilnya kemenangan berhasil
didapatkan. Pada tanggal 1 mei tepat pukul 08.30 pagi grabag diserbu dengan
kekuatan 4 kompi, balabantuan musuh berdatangan dengan truk dan kereta api dari
magelang, namun balabantuan ini dihadang oleh 2 peleton gerilyawan dalam kereta
api ada 9 korban sedangkan 3 buah truk dengan penumpangnya debinasakan. Tepat
pada hari lahir ratu juliana tanggal 30 april kota magelang diserang dengan
tembakan mortir, yang ditujukan ke jembatan kali elo dan tangsi-tangsi.
Pada awal bulan maret kegitan penghadangan disekitar magelang
diperketat, penghadangan itu berhasil mebinasakan dua buah truk beserta
penumpangnya. Tanggal 28 maret pagi kompi gatotkoco menghadang sebuah konvoi
belanda yang terdiri dari sebuah jeep dan 5 truk bermuatan tentara, setelah
jeep dan truk pertama lewat, yang berikutnya baru ditembaki. Sebuah truk hancur
dengan isinya, dan dalam pertempuran jarak dekat sebuah truk lagi berhasil
dirusak dan beberapa senjata dirampas.
8 april KODM muntilan mengerahkan 600 orang untuk merusak
jalan raya dan rel kereta api di blambang. Satu peleton kompi menghadang sebuah
konvoi di dekat salam, penghadangan pada esok harinya di blondo dan japenan
berhasil meluluhkan musuh.
Sementara itu kegiatan penghadangan di daerah kebumen, dua
regu TNI yang bersarang di gunung mijil memasang bom tarik hasilnya beberapa
truk berhasil dihancurkan, namun bantuan musuh segera datang setelah bertempur
pasukan gerilya akhirnya mundur.
Pada tanggal 23 februari didesa blancir patroli musuh
menembak 17 orang penduduk sehingga tewas semuannya. Pada hari itu pula
wonoyoso patroli musuh bertempur denagn AUI. Dua hari kemudian 5 pesawat
terbang musuh melancarkan serangan udara terhadap desa ambal. Mereka
menjatuhkan 30 bom dan menembak dengan mitralyur.
Tanggal 2 maret patroli musuh bergerak ke kendenter, kenteng
dan pinang kulon, ditempat ini mereka merampas uang rakyat, sejumlah kain, obat
dan beberapa wanita diperkosa, dalam perlawanan yang dinerikan pasukan gerilya
dibendungan, kepala staf brigade 9, mayor ismullah ditawan musuh. Pada 19 maret
pasukan belanda menuju ke sruni untuk menghantam pasukan AUI.
Pada 11 april musuh melakukan pembersihan di bagelen dan
jenar. Dalam pertempuran disana seorang pasukan gerilya gugur, pertempuran
denagn AUI di wonosari mengakibatkan 5 pasukan gugur, pasukan AUI tidak
mengindahkan provokasi musuh dan terus berjuang dengan TNI melawan penjajah.
Dari hari ke hari mulai tampak bahwa musuh kemampuannya hanyalah sampai
menduduki satu-dua tempat sambil berpatroli 10km disekitarnya.
Pada tanggal 3 dan 4 januari malam kota sumpiuh berturut
turut diserbu. Penyerbuan pertama dilakukan malam hari serangan dilancarkan
dari berbagai jurusan, ditujukan pada pos dan bivak militer yang terletak
dimuka dan disamping kewedanaan. Tembak menembak kemudian terjadi pabrik beras
srikaton malam itu dibakar. Serasngan kedua ditujukan pada pos-pos militer, dan
dilakukan dari jarak dekat dengan menggunakan mortir dan granat.
Pada tanggal 29 januari kota distrik majenag diserang oleh
seksi suropati. Di pihak musuh jatuh beberapa korban juga konvoi pagi itu
dihadang antara ciawitali onderneming kawung dengan 1 kompi. Dua truk dan 3
orang musuh menjadi korban, beberapa jam kemudian usaha untuk melucuti algemene
politie di gandrungmangun gagal, karena musuh mendatangkan bantuan dengan
kereta api. Pada saat gerilyawan di kota distrik sidareja bertempur denagn
musuh, pasukan gerilya mendapat pukulan telak karena banyak prajuritnya yang
tewas, beberapa hari kemudian kompi suwaji membalas denagn serangan atas kota
distrik maos, sejumlah bangunan penting dibakar.
Aeal bulan maret sepassukan peronda polisi yang terdiri dari
27 orang dari datasemen salatiga disertai oleh 6 pegawai IVG memasuki desa
jomblang untuk menangkap beberapa anggota pasukan merbabu. Mereka disambut
denagn tembakan , mortir dan senapan oleh gerilya yang ada ditempat itu.
Patroli terseburt segera mencari perlindungan, lalu membalas menembak. Sesudah
berlangsung tembak menembak patroli polisi tampaknya kehabisan peluru. 2 buah
truk dengan 30 orang serdadu zeni KL yang kebetulan lewat segera memberi
bantuan. Ketika itu juga pasukan gerilya mendapat bantuan. Di pihak musuh
kemudian datang militer lebih banyak lagi di salatiga dan datang 2 pesawat
pemburu dari semarang.
Menghadapi kakuatan musuh yang beghitu besar, pasukan gerilya
terpaksa mundur dengan tergesa –gesa denagn meninggalkan senjata, mortir, serta
surat-surat penting. Didaerah kendal berangsur-angsur kegiatan gerilya terasa
kembali dan menyerang desa sukareja, beberapa rumah dibakar. Bisa dikatakan
bahwa didaerah semarang khususnya kabupaten semarang, pemerintah belanda
lumpuh,
3.
Daerah wehkreise III
Meski pada awalnya masyarakat yogya tidak ada semangat untuk
melakukan perlawanan, namun lama kelamaan semangat itu kembali berkobar.
Sebelum serangan dilancarkan ada beberapa rencana dalam melakukan serangan
tersebut, yaitu:
1.
Mengadakan serangan malam
2.
menghancurkan kekuatan musuh sebanyak-banyaknya
3.
merampas senjata musuh sebanyak-banyaknya
4.
membumihanguskan tempat yang dianggap penting
Tanggal 29 maret 1948 jam
16.00 pasukan gerilya sudah siap sedia, lalu bergerak ke tempat pangkalan
penyerangannya masing –masing. Lebih kurang pada jam 7 malam semua telah sampai
ditempatnya, penyerangan dilakukan dari segala arah.
Jam 21.00 tembakan pertama dimulai kletika pasukan yang
bergerak kedalam. Pasukan gerilya telah dapat menduduki tempat masing-masing
disekitar kantor pos, dan secodiningratan, nagbean, patuk, pkuningratan, sentul
dan pogok. Tembak-menembak di tepi kota semakin sengit. Belanda menebak terus
menerus, mungkin karena pasnya yang ada ditepi kota mendapat serangan maka
pasukan yang ada di kota bersiap membantu. Namun begitu keluar dari tangsinya
pasukan belanda disambut pasukan gerilya yang telah menunggu disitu, terjadilah
tembak menembak, pasukan gerilya yang telah bersiap menyerbu tiap tangsi dari
belakang segera menyerbu ke dalam,
Pertempuran terjadi hingga pukul 04.00. pasukan gerilya mulai
meninggalkan kota menuju tempat masing-masing. Pada pertempuran ini belanda
banyak menelan korban. Pasukan gerilya yang datang dari arah selatan baru
sampai 1km dari tepi kota. Pasukan belanda yang menyerang bantul dengan
mengadakan omweg, pada 30 desember bergerak menuju kota, pasukan tersebut
berjumpa dengan pasukan gerilya dari sektor selatan yang baru kembali dari
menyerang kota. Pertempuran segera terjadi sampai pukul 13.00 bantuan belanda
dari kota datang beserta pesawat terbangnya, pasukan gerilya pecah dan
menghindarkan diri dari penghancuran tersebut. Terpecah menjadi pasukan yang
kecil dan bergerak ketempat yang telah ditentukan.
Ketika belanda teris melakukan pembersihan setiap harinya
sehingga rakyat menderita, dalam situasi ini kaum gerilya menerapkan taktik
bumihangus yang sebelumnya kurang berhassil. Gedung persenjataan tugu dibakar,
jembatan patangpuluhan diledakan, pabrik gula sorogedug dan padokan
dihancurkan.padda tanggal 15 januari 1949 sepasukan musuh beraksi di daerah
padokan, sekitar bantul-imogiri. Jatuh korban 16 orang dari pihak gerilya. Dua
hari kemudian patroli musuh yang berkekuatan besar bergerak dari arah maguwo
melalui bawuran menuju imogiri. Esok harinya musuh menyerang imogiri dari arah
utara denagn 5 pesawat terbang, terjadilah tembak-menembak, korban dari pihak
kita ada 3 orang.
Kotagede, dipinggir tenggara ibukota menjadi sarang gerilya
yang panas, tanggal 25 januari siang patroli musuh membakari rumah dan menyita
barang penduduk denagn sewenang-wenang. Pada 3 februari terjadi aksi
pembersihan besar-besaran di sekitar kotagede, aksi mereka berlangsung selama 8
jam. Korban mencapai 2 orang tentara dan 23 rakyat.
Pada 8 april patroli musuh yang berkekuatan 1 peleton di
dessa jonggalan-klemisan dikepung oleh pasukan penghadang. Dalam pertempuran
yang sengit, ketika pasukan kita hampir kehabisan peluru, kita bersiap untuk
pertempuran tangan kosong. Kemudian datang bantuan musuh sekitar 18 truk.
Tempat persembunyian ditembaki mortir dan terjadi pertempuran dari dekat
sesudahnya. Akhirnya pasukan kita mengundurkan diri karena tidak sanggup
melawan pasukan besar musuh.
Serangan gangguan kita selama 6 jam ke dalam kota Yogyakarta
pada 1 maret mungkin tidak berarti besar dalam hubungan operasi militer secara
menyeluruh, dilihat dari segi jumlah kerugian pada kedua belah pihak. Memnagng
aksi gerilya itu satu per satu kecil kelihatannya akan tetapi didalamnya
tedapat tujuan hakiki perang gerilya, yaitu menimbulkan efek dalm bidang
politik dan psikologis. Pada hatri selasa tanggal 1 maret pagi pos –pos Belanda
yang berada di perbatasan kota telah ditembaki, tepat pada pukul 6 pagi gi
berbagai tempat dikota terjadi penembakan secara hebat.
Segera militer belanda mengambil tindakan untuk menghalau
serangan tersebut, sebuah kolone yang dihadapkan tehadap gerombolan yang
menyerang dari selatan dengan melalui kota menuju ketempat yang terancam itu.
Kolone itu mendapat tembakan yang hebat dari bagian kraton luar dan setelah
kolone itu berhasil mencappai tembok utara dari kraton dalam, juga dialami
penembakan dari dalam kraton. Pada saat itu belanda ditembaki oleh para
penembak yang bersembunyi di pohon-pohon yang berada di kraton dalam. Karena
itu komandan kolone meminta izin memasuki kraton, permintaan segera dikabulkan
sri sultan. Setelah sri sultan menerangkan bahwa dihalaman kraton dalam tidak
ada anggota gerombolan penyerang, maka tidask diadakan penyelidikan lebih
lanjut dalam kraton dalam. Demikianlah perang gerilya di Yogya semakin berkobar
dari hari ke hari dan memuncak sekitar waktu tercapainya persetujuan
rum-royen,ini membuktikan kesanggupan rakyat dan tentara untuk melakukan perlawanan
sampai beberapa waktu lamanya.
Meski terkesan sama seperti didaerah lain yang melakukan
perlawanan secara gerilya, namun sesungguhnya bumi hangus di daerah Solo lebih
hebat daripada didaerah yogya, karena lebih panjang waktu pelaksanaanya,
sedangkan daerah Yogya sangat kompleks dalm hal pimpinan pertahanan, berhubung
banyaknya instansi-instansi pusat. Salah satu serangan hebat terhadap solo
adalah serangan yang dilancarkan tentara pelajar pada tanggal 16-17 maret 1949.
Beberapa kelompok gerilya sekitar pukul 7 melakukan serangan terhadap tangsi
polisi di panalaran, tangsi artileri di tipes, asrama polisi di baron, seksi
polisi I, dan kantor MP di mangunjayan, pos militer bagian LTD di sriwedar dan
stasiun balapan.
C. Situasi
Politik setelah Perjanjian Roem-Royen
Pada tanggal 7 Mei disepakati bahwa Sukarno dan Hatta akan
memerintahkan genjatan senjata sekembalinya mereka ke Yogyakarta. Bahwa Belanda
akan menerima pihak Republik pada Konferensi Meja Bundar yang akan digelar, dan
bahwa mereka tidak akan mendirikan negara-negara federal baru.
Pada tanggal 6 Juli 1949, pemerintah Republik kembali ke
Yogyakarta, yang sudah ditinggalkan oleh pasukan-pasukan Belanda pada akhir
bulan juni. Soedirman dan pimpinan-pimpinan tentara lainnya enggan mengakui
kekuasaan sipil yang mereka anggap telah meninggalkan Republik. Akan tetapi,
pihak militer akirnya mengakui ketika Sukarno mengancam akan mengundurkan diri
kalau mereka tidak melakukannya. Suatu konferensi diselenggarakan di
Yogyakarta dan Jakarta pada bulan Juli. Di dalam konferensi itu, negara-negara
federal ternyata mempunyai banyak kepentingan yang sama dengan Republik,
sebagian besar dikarenakan rasa hormat mereka atas perlawanan Republik dan
kekecewaan mereka atas kelalaian Belanda untuk menyerahkan kekuasaan yang
penting kepada mereka. Konferensi tersebut bersepakat bahwa tentara republik
akan menjadi inti kekuatan militer bagi Republik Indonesia Serikat yang baru
dan bahwa Sukarno serta Hatta akan menjadi presiden dan wakil presiden negara
itu.
Pada tanggal 1 Agustus, diumumkanlah genjatan senjata yang
akan mulai berlaku di Jawa pada tanggal 11 Agustus dan Sumatera pada tanggal 15
agustus. Justru sebelum genjatan senjata itu dilaksanakan, pasukan-pasukan
Republik berhasil merebut kembali sebagian besar Surakarta dan
mempertahankannya selama dua hari. Bentrokan-bentrokan berikutnya yang berdiri
sendiri berlanjut sampai bulan Oktober. Akan tetapi, sedikit demi sedikit,
penyerahan kekuasaan militer yang terintegrasi bagi RIS diurus oleh
Hamengkubawana IX selaku koordinator keamanan. Akan tetapi, ada beberapa
wilayah yang bergolak seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Timur, Kalimantan
Selatan dan Jawa Barat, dimana proses ini mengahdapi perlawanan dari
pasukan-pasukan liar setempat.
Dengan disepakatinya prinsip-prinsip Roem-Royen tersebut,
pemerintah darurat RI di Sumatra memerintahkan kepada Sultan Hamengkubowono IX
untuk mengambilalih pemerintahan di Yogyakarta apabila Belanda mulai mundur
dari Yogyakarta. Partai politik yang pertama kali menyatakan setuju dan menerima
baik tercapainya persetujuan Roem-Royen adalah Masyumi. Dr. Sukiman selaku
ketua umum Masyumi menyatakan bahwa sikap yang diambil oleh delegasi RI adalah
dengan melihat posisi RI di dunia internasional dan di dalam negeri sendiri,
apalagi dengan adanya sikap BFO yang semakin menyatakan hasratnya untuk
bekerjasama dengan RI. Sedangkan Mr. Surjono Hadinoto, ketua umum PNI
menyatakan bahwa Persetujuan Roem-Royen merupakan satu langkah ke arah
tercapainya penyelesaian dari masalah-masalah Indonesia. Akhirnya kedua partai
ini mengeluarkan pernyataan bersama bahwa Persetujuan Roem-Royen sekalipun
masih kurang memuaskan, namun beberpa langkah ke arah penyelesaian pertikaian
Indonesia-Belanda.
C. Kesimpulan.
Pada intinya perjuangan
mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republk Indonesia dilakukan secara
simultan/ beriringan antara perlawanan bersenjata seperti yang terjadi di
Bandung, Bali, Ambarawa, Surabaya dan daerah lainnya, juga melalui jalur
diplomasi yang arahnya untuk menarik simpati dunia Internasional seperti
diplomasi beras ke India, Renville dengan KTN nya, Konferensi Asia yang
dilaksanakan di New Delhi, Roem Royen dan sebagai diplomasi terakhir terdapat
Konferensi Meja Bundar.
Terjadinya Agresi Militer Belanda
menimbulkan reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan
PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pada diplomat Indonesia dalam
memperjuangkan dan menjelaskan realita di PBB. Sebagai reaksi dari Agresi
Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah
menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations Commission for Indonesia.
UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley
(Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan
Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan
tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB
adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin
oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam
perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.
Jika melihat hasil dari perundingan
Roem – Royen ini terlihat bagaimana terdapat kesepakatan untuk
menghentikan tembak menembak yang artinya terdapat gencatan senjata sampai
berlangsungnya KMB, hal ini menguntungkan karena dapat meminimalisir
jatuhnya korban lebih banyak dipihak Indonesia. Dan dengan
dibebaskannya tahanan politik serta pengembalian pemerintahan ke daerah
Yogya dari Bukit Tinggi, nantinya akan membuat stabilitas politik
Indonesia bisa menjadi stabil, sampai dengan dilaksanakannya KMB sebagai
perundingan yang menentukan kedaulatan republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati
Djoened dan Nugroho Notosusanto. (1993). Sejarah Nasional Indonesia VI.
Jakarta: Balai Pustaka
Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah
Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Mochtar, Kustiniyati (1989).
mohamad Roem, Diplomasi : Ujung Tombak Perjuangan RI, Jakarta : Gramedia
Kahin, George McTurnan.
1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Surakarta: UNS Press.