PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
dalam konteks Indonesia, dengan budaya paternalistic yang sangat kuat,
keberhasilan pembenahan birokrasi akan sangat di tentukan oleh peran pemimpin
atau pejabat tinggi birokrasi. Jadi pembenahan tersebut harus dilakukan dari
level atas, karna pemimpin birokrasi kerap kali berperan sebagai “ patron”
sehingga akan lebih menjadi contoh bagi para bawahannya.
Pembenahan
birokrasi mengarah pada aspek internal maupun eksternal birokrasi. Dalam
tatanan internal pembenahan pada top level birokrasi harus di dahulukan, karena
posisi strategis para birokrat pada tingkat puncak adalah sebagai pembuat
keputusan strategis.
Pada
tataran menengah keputusan strategis yang di buat oleh pemimpin harus dijabar
dalam kepetusan-keputusan operasional dan selanjutnya kedalam keputusan-keputusan
teknis bagi para pelaksanna di lapangan ( Street-Level Bureaucracy )
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, makalah yang berjudul “Street-Level Bureaucracy”, secara
lebih terinci rumusan masalah tersebut difokuskan pada pokok masalah dan
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apa definisi
“Street-Level Bureaucacy”?
2.
Apa saja
prinsip-prinsip didalam Street-Level Bureaucacy?
3.
Apa contoh kasus
tentang Street-Level Bureaucacy?
C. Tujuan Masalah
Adapun
tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mengenal secara mendetail serta universal tentang Street-Level Bureaucacy.
D. Manfaat
Manfaat
dari makalah ini diuraikan antara lain :
1.
Pembaca dapat memahami
tentang pengertian Street-Level Bureaucacy itu sendiri
2.
Dapat mendapatkan
pengetahuan tentang fakta yang berhubungan dengan Street-Level Bureaucacy yang
makalah ini juga dilengkapi dengan contoh kasusnya sendiri
PEMBAHASAN
A. Definisi
Birokrasi Street-Level
Birokrasi
Street – Level merupakan aparat birokrasi yang langsung bersentuhan dengan
pelayanan publik atau dalam arti lain adalah aparat birokrasi yang melakukan
akses langsung dengan publik atau melakukan publik service.
Menurut
Michael Lipsky pada tahun 1980 berpendapat bahwa Street-Level Bureaucacy adalah
mereka yang menjalankan tugas dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Lipsky
juga berpendapat bahwa praktek birokrasi street-level tersebut merupakan
mekanisme untuk mengatasi situasi yang sulit, yaitu sebagai upaya untuk keluar
dari situasi frustatif antara besarnya permintaan pelayanan dan keterbatasan
sumber daya yang dimilki. Apalagi dalam kenyataannya permintaan peningkatan
pelayanan seperti tidak pernah berhenti (Nielsen, 2006).
Dalam kajian teoritis, fakta markus
banyak dilakukan oleh aparat birokrasi street – level ini. Karya seminal Lipsky
(1980) menjelaskan bahwa birokrasi street – level mempraktekan pemberian
diskersi atas dispensasi manfaat atau alokasi sanksi. Terjadi konflik antara
pembuat kebijakan dan birokrasi street – level sebagai pelaksana kebijakan.
B. Konsep Birokrasi Street-Level
Konsep
Street-Level Bureaucacy ini telah diperkenalkan oleh Michael Lipsky pada tahun
1980 bahwa Street-Level Bureaucacy adalah sebagai orang yang “Publik Service
secara langsung” dan “Pelaksana dari kebijakan Penguasa”. Publik Service secara
langsung artinya bahwa para birokrat ini yang memberikan pelayanan langsung
kepada para customer nya (publik). Contohnya adalah perawat, dokter-dokter
praktek, polisi lalulintas, atau aparat birokrasi lainnya yang terjun langsung
kepada public dan memberikan pelayanan sesuai dengan permintaan public dalam
batasan aturan lembaga mereka masing-masing.
Pelaksana dari kebijakan penguasa bermakna
bahwa para birokrat Street-Level Bureaucacy ini yang emnjalankan kebijakan yang
dikeluarkan oleh penguasa mereka dan mereka pula yang menguatkan kebijakan yang
dikeluarkan. Contoh polisi adalah orang yang bertugas untuk menguatkan
Undang-undang atau peraturan pusat maupun peraturan di daerah setempat. Didalam
kebijakan terhadap public itu sendiri para birokrat Street-Level dibolehkan
untuk embuat keputusan ad hoc dan perubahan dasar. Hal ini terjadi apabila
kebijakan dari atas mengalami kerancuan dalam penyampaiannya kepada bawahan,
maka para birokrat Street-Level ini diperbolehkan untuk menerjemahkan kebijakan
itu sendiri (tetapi yang terjadi adalah penyelewengan dengan penyelewengan
sanksi bagi public).
Street-Level
Bureaucacy haruslah adil. Adil merupakan kualiti yang dicari selepas mengambil
Street-Level Bureaucacy. Street-Level Bureaucacy yang adil akan melaksanakan
aturan-aturan dengan saksama, dan menggunakannya pada semua orang, tanpa ada
mendiskriminasi oknum terhadap aturan. Contoh seorang Lurah yang sedang
memperpanjang KTP, sekretaris di kelurahan tersebut harus memberikan pelayanan
dan aturan yang sama dengan yang lain dalam prosedur yang berlaku.
Street-Level
Bureaucacy ini mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi dalam masalah-masalah dan
lebih memahami terhadap karakteristik para pelanggan-pelanggan mereka. Dengan
ini, Street-Level Bureaucacy lebih memahami apa yang terjadi di masyarakat
dalam menjalakan tugasnya (pelaksana kebijakan) dan image dari pemerintahan
tersebut tergantung kepada cara penyampaian para birokrat Street-Level ini dan
budi bicara mereka terhadap public.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa
masalah-masalah mengenai Street-Level Bureaucacy sudah dibahas di Bab II ; Apa
definisi Street-Level Bureaucacy, prinsip apa saja yang dipakai dalam
Street-Level Bureaucacy ini, dan contoh kasus yang berhubungan dengan
Street-Level Bureaucacy. Lipsky juga berpendapat bahwa praktek birokrasi
street-level tersebut merupakan mekanisme untuk mengatasi situasi yang sulit,
yaitu sebagai upaya untuk keluar dari situasi frustatif antara besarnya
permintaan pelayanan dan keterbatasan sumber daya yang dimilki. Apalagi dalam
kenyataannya permintaan peningkatan pelayanan seperti tidak pernah berhenti
(Nielsen, 2006). Tapi. teori tersebut relatif gagal menjelaskan fenomena
markus.
B. Saran
Praktek
dari teori-teori birokrasi yang sudah tidak ada lagi terpakai sepenuhnya dengan
tepat yang disesuaikan dengan keadaan saat ini dalam konteks Indonesia.Perlu
ada pembaharuan dari makna Street-Level Bureaucacy.
DAFTAR PUSTAKA
•
Pendidikan Birokrasi :
(Blog). Lora Yyk Aqina, Rabu, 10 Maret 2010.
•
Wikipedia project
webside bahasa Indonesia, ensyclopedia bebas. 2008. “Street-Level Bureaucacy”.
•
Meningkatkan Pelayanan
Publik: (Berita Opini). Media Cetak Radar Sulteng Online, Rabu, 5 November
2008.
•
Reformasi Birokrasi:
(Artikel). E-clipping, UNILA, Senin, 13 Juli 2009.
•
Birokrasi Bawahan:
(Artikel). Library bahasa Indonesia.pdf, USU, 2008.
•
Implikasi Poltik
Markus : (Berita KOLOM). TEMPO Interaktif Online, Rabu, 28 April 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar