Selasa, 29 Januari 2013

Teori Sikap dan Sikap Politik


Teori Sikap
Menurut G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Seiring dengan pendapat G.W. Alport di atas Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu: Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Kedua, sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Ketiga, sikap lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dalam sikap, ada beberapa komponen yang patut dipahami, yakni :
a.       Afektif. Yaitu aspek emosional dari faktor sosio psikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
b.      Kognitif, yaitu aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
c.       Konatif, yaitu aspek vohsional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Dari kedua konsep tersebut, secara generalnya, konsep sikap adalah kesiapan individu atau kelompok untuk betindak, berpersepsi, dan berpikir dalam menghadapi situasi, objek, fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. Bentuk-bentuk sikap tersebut dapat ditunjukan dengan berbagai bentuk. Sikap juga mengandung berbagai nilai-nilai seperti afektif, kognitif, dan kolatif. Sikap bukan hanya tidakan, tapi juga pemikiran-pemikiran yang diungkapkan untuk merespon suatu masalah.

Sikap Politik
Bila konsep sikap dihubungkan dengan politik, maka dapat sikap tersebut dapat dilakukan individu atau berbagai kelompok. Sikap politik dapat diartikan sebagai suatu kesiapan bertindak, berpersepsi seseorang atau kelompok untuk mengahadai, merespon masalah-masalah politik yang terjadi yang diungkapkannya dengan berbagai bentuk.
Sebagai contoh, ada kebijakan yang dikeluarkan pihak yang berwenang akan menimbulkan reaksi yang bermacam-macam. Ada yang menerima sebagaimana adanya, ada yang menyatakan penolakan, ada yang melakukan protes secara halus, ada yang melakukan unjuk rasa dan ada pula yang lebih suka diam tanpa memberikan reaksi apa-apa. Karena menurut Sudijono, diam juga dapat dikatakan sebagai sikap politik, sebab dengan diam tidak berarti bahwa yang bersangkutan tidak memiliki penghayatan terhadap objek atau persoalan tertentu yang ada disekitarnya. Diam dapat berarti setuju, dapat berarti netral, dapat berarti menolak, akan tetapi merasa tidak berdaya untuk membuat pilihan.
Sikap politik dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk. Bila sikap politik tersebut bersifat positif, maka perilaku politik yang ditunjukan juga akan bersifat positif. Sebaliknya, bila sikap politik yang ditunjukan bersifat negatif, maka perilaku politik yang ditunjukan juga bersifat negatif. Positif atau negatifnya suatu sikap politik, tergantung pada beberapa hal, yakni ideologi dari aktor sikap politik tersebut, organisasi yang menunjukan sikap politik tersebut, budaya-budaya yang hidup di lingkungan aktor sikap politik tersebut.

3 komentar:

  1. Ini bisa saya temukan di buku yg judulnya apa ya? Atau kalo tdk keberatan daftar pustakanya dicantumkan

    BalasHapus
  2. salam kenal mba, saya niken, terima kasih mba ini sangat membantu, iya mba kalau tidak kberatan dicantumkan daftar pustakanya, kebetulan saya sedang mencari buku ttg sikap dan perilku politik, Hhe :D

    BalasHapus
  3. salam kenal kak saya diska. saya sangat mengapresiasi karya tulisan yg dibuat. jika berkenan mohon untuk dicantumkan sumber buku yang dipakai untuk tulisan ini. terimasih

    BalasHapus